Bertatap dengan senja. Jingga merona memacar meratap.
Kini aku ada disana, belajar mengejawatahkan wujud yang
lantas tiada.
Meski akulah lautan dengan derai ombak memikat, tempat
kembali.
Hingga Menahun, tiada kata dan rasa yang kian membejana
dalam wujud yang tak pernah sempurna
Aku bertanya “ kapan” lalu didampingi dengan “bagaimana”,
bisa?
Karena yang aku ramu adalah cerita yang sederhana,
seharusnya
Ujarku, Biarkanlah!
Dan pada masanya, wujudnya kini kian berderai
Semakin lama kini terbiasa yang berbicara
Bertasbih dalam terimakasih
Dan kini perjumpaan itu akan menjadi sebuah ketidakwajaran
Kini kita bukan lagi langit dan senja
Dan bukan lagi lembayung senja yang pernah dicita-citakan
Kini kita malam, dengan segala hiruk pikuk yang tak beraturan
-Bogor, 16 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar